Jumat, November 20, 2009

Sepotong Sesuatu ... (potongan ke 6)


Kamis, 7 Juni 2007. 11.27WIB. Lokasi; Kantor Poltabes


Erlang telah menunggu di ruang kerjanya, menyambut Raya kemudian mengajaknya pada suatu ruangan, sedikit gelap, hanya ada meja dengan empat kursi, kipas angin pada langit-langit, white board, satu unit komputer dan LCD projector. Dua orang petugas tidak berseragam masuk dan memberikan tanda hormat kepada Erlang.
“Perkenalkan ini kedua petugas kami yang secara khusus menyelidiki kasus pembunuhan kemarin itu, kamu bisa panggil mereka Mas Hari dan ini MasYanto, sengaja saya minta Mas Raya untuk membiasakan diri dengan panggilan `Mas` karena dalam waktu dekat ini kalian akan sering bertemu dan untuk mencegah kesalahan kecil dalam lapangan nantinya yang bisa jadi berakibat fatal, misalnya tiba-tiba Mas Raya tidak sengaja mengucapkan “Siap Pak Polisi, maka akan sia-sia penyidikan kita kedepan nantinya”, bisa dipahami Mas Raya?”



Sebenarnya Raya masih ragu ketika di ruang kerja tadi dia menyanggupi tawaran Erlang untuk masuk kedalam tim penyelidikan pembunuhan itu, Raya menyadari kemampuan dirinya yang sangat minim pengalaman, dia pun sadar betul status dirinya yang sekedar warga sipil biasa terlebih sekarang dia dihadapkan dengan dua orang intel yang nantinya akan terus bersama dia selama menghadapi kasus ini, bagaimana jika kawan-kawannya yang alergi terhadap mereka ini nantinya mengetahui bahwa Raya bersahabat dengan mereka.



“Bagaimana, saudara Raya?” Erlang masih menunggu jawaban Raya yang sedari tadi menunduk
“Oh, iya Pak, eh Mas, oke saya siap!” Raya harus memantapkan komitmennya, keputusannya untuk masuk dalam tim tidak bisa ditarik lagi begitu dia memasuki ruangan ini, Erlang memberikan tawaran berulang-ulang di ruang kerjanya tadi dan memberikan kesempatan untuk menolak tawarannya sebelum mengajak Raya kedalam ruang khusus ini. Jiwa petualang Raya lah yang mendorong dirinya mengambil keputusan, terkadang dia merasa bisa terjebak akibat rasa penasarannya itu, seperti saat ini.



“Oke bisa kita mulai? Mas Hari, tolong dipersiapkan semuanya”
“Siap Dan!” petugas satu itu dengan cekatan mempersiapkan perintah komandannya, menyalakan komputer dan LCD projector. Erlang menjelaskan dengan terperinci setiap gambar foto yang terpampang pada lembar layar putih, sementara Yanto memberikan penjelasan kasus posisi berdasarkan Berkas Acara Perkara. Foto-foto korban dengan berbagai posisi dan beberapa alat bukti mengingatkan kembali posisi Raya yang telah mengikuti rekontruksi pembunuhan tempo hari, tiba-tiba dadanya berdegup keras, kepalanya berdenyut, terasa aliran darah mengalir cepat dari pembuluh darah di dahi kanannya menghasilkan keringat dan perasaan gugup yang luar biasa.
Berada diruang itu saja sudah membuat dirinya menjadi sedikit tidak nyaman terlebih foto-foto yang kembali dilihatnya itu memaksa harus menguasai dirinya menjadi stabil kembali, bukan karena posisi korban yang berlumuran darah melainkan gambaran yang begitu nyata ketika dia bertemu dengan korban dan meminta tolong kepadanya di alam tidak sadarnya saat dilokasi TKP.



“Mas Raya baik-baik saja?” Yanto menawarkan segelas air mineral
“Oh…ehhm.. saya.. baik-baik saja Mas, terimakasih,” air mineral itu sudah habis, perlahan Raya telah menguasai dirinya sendiri.
“begini, Mas Hari dan Mas Yanto perlu diketahui, beberapa hari lalu saya sudah sedikit mendapat pertolongan dari Mas Raya ini seputar kejanggalan yang ditemukan dalam tubuh korban, mungkin Mas Raya bisa kembali menjelaskan,” Erlang memberikan kesempatan kepada Raya.



“Terimakasih Mas Erlang, sebelumnya saya minta ijin untuk dapat merokok sambil menjelaskan, boleh?” ketiga petugas itu memahami keadaan Raya yang masih gugup dan canggung, Erlang menepuk ringan pada bahu Raya seolah memberikan semangat dan bahasa tubuhnya yang mempersilahkan Raya untuk maju kedepan.
“Terimakasih atas kepercayaan besar terhadap saya ini tapi sebelumnya saya minta maaf karena pengetahuan saya juga sangat terbatas dan kalaupun ada sedikit yang saya ketahui tidak ada bermaksud untuk menggurui Mas-mas semua,” kini Yanto mendekatkan secangkir kopi panas dan asbak.




Raya dengan sopan meminta tolong pada Hari untuk dapat menampilkan kembali foto nomor 58 yang mengabadikan berkas luka pada bagian perut korban dan beberapa lembar foto pada bagian wajah korban, kemudian menjelaskan sebagaimana pernah dia jelaskan kepada Erlang tapi kali ini Raya mengeluarkan flash disk kecilnya dan meminta Hari untuk memasukan kedalam komputer dan menayangkan pada projector file-file yang dia minta.



“Foto-foto berikut ini sebagai perbandingan dengan foto korban yang memberikan penjelasan tentang perbandingan waktu atau usia luka pada korban, oh ya sebelumnya foto ini saya copy dari beberapa situs kepolisian Amerika dan beberapa dikirim dari blog dan mailing list kawan-kawan saya yang sama-sama menyukai dunia forensic,” Raya memberikan kode pada Hari untuk menampilkan gambar berikutnya.



“Kita bisa lihat ketiga foto ini, korban mengalami benturan benda tumpul pada bagian pipi kanannya tapi bisa kita perhatikan pada foto ini ada keterangan waktu pengambilan foto yang berbeda hari dan juga ada perubahan warna lebam pada berkas benturan tersebut”, Raya telah menguasai penuh dirinya dan telah beradaptasi dengan ruangan itu dengan baik.



“Oke, Mas Hari sekarang saya minta tolong lagi untuk ditampilkan file berikutnya,” belum sempat permintaan Raya dilaksanakan tiba-tiba seorang petugas mengetuk pintu dan memberikan laporan bahwa telah diketemukan lagi korban pembunuhan dengan indikasi yang hampir sama dengan korban sebelumnya.



Erlang membuktikan dihadapan Raya bagaimana dirinya memimpin anggotanya, dengan sigap dia meminta agar anggotanya segera bergerak menuju lokasi tetapi sebelumnya memerintahkan salahsatu anggota untuk menyiapkan surat permohonan permintaan petugas forensik dari RSUP Sardjito dengan permintaan khusus agar petugas yang sama memeriksa korban sebelumnya yang dikirim pada TKP. Petugas yang melapor tadi diminta untuk menghantarkan Erlang, Raya dan Hari kelokasi TKP.

(picture taken from www.fbi.gov)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apa yang ada dikepalamu? apa yang menyumbat tenggorokanmu? apa yg membekukan jari-jarimu?... LONTARKAN!!