Minggu, Agustus 09, 2009

Awalnya Burung Merak itu

Inilah Asal Muasal Julukan “Si Burung Merak”

Ditulis oleh luminous25 di/pada Agustus 7, 2009

wsrendra_burungmerak


WS Rendra adalah seorang budayawan yang terkenal dengan julukan “Si Burung Merak”. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui asal muasal julukan “Si Burung Merak” itu. Edi Haryono, salah seorang sahabat dekat almarhum, mengaku julukan itu berasal dari seorang sahabat Rendra yang berasal dari Australia yang sedang diajak Rendra berekreasi di sebuah Kebun Binatang Gembira Loka di Yogyakarta.

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

“Waktu itu ada teman dia yang datang dari Australia. Saat itu Mas Willy (sapaan akrab WS Rendra) masih tinggal di Yogya, terus sama Mas Willy dia diajak jalan-jalan ke Kebun Binatang Gembira Loka, tiba-tiba mereka berhenti lama di kandang burung merak, lalu keluar tiga burung merak dari kandangnya dan Mas Willy bilang itulah saya,” katanya saat menceritakan asal muasal julukan “Si Burung Merak” di Bengkel Teater WS Rendra, Cipayung, Citayam, Depok, Jumat (7/8).

Setelah mendengar perkataan Rendra tersebut, sahabat Rendra yang berasal dari Australia itu sempat tertawa, dan saat ia pulang ke negara asalnya, bule Australia itu langsung menceritakan kepada kawan-kawan Rendra yang berada di Australia.

“Lalu temannya tertawa dan saat ia pulang ia cerita ke teman-temannya almarhum di Australia bahwa WS Rendra telah berubah nama yaitu burung merak sejak waktu itu dia dipanggil burung merak,” ujarnya.

Setelah itu, lanjutnya, nama Rendra muncul di sejumlah koran dengan nama Burung Merak, tetapi sang budayawan diakuinya tidak merasa tersinggung dan marah. “Ia malah senang karena memang ia sendiri yang menamakan dirinya burung merak. Burung merak itu sendiri artinya orang yang suka memperlihatkan keindahan,” katanya.

sumber: surya.co.id


.............................

W.S. Rendra

Sajak Sebatang Lisong

Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka

Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.

Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.

Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
…………………

Menghisap udara
yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.

Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.

Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

Bunga-bunga bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra.
………………

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.

Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.

19 Agustus 1977
ITB Bandung
Potret Pembangunan dalam Puisi


AKU TULIS PAMPLET INI

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng - iya - an

Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.


Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi


“Surat Cinta”

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !

Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan

Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain…
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa


Kamis, Agustus 06, 2009

Selamat jalan Sang Burung Merak

mengenang WS Rendra yg tutup usia malam ini pukul 20.30 WIB.

Selamat jalan Sang Burung Merak... bulu-bulu indahmu telah kami nikmati..
semoga Sang Maha di sana juga mengagumi bulu-bulu indahmu...

masih ku pegang sabdamu; "...dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata"......

selamat jalan om willy..bernyanyilah dg mbah Surip

Sabtu, Agustus 01, 2009

Ketika mentari bertanya

tanyamu bukan berupa cahaya
maka jawabku menjadi gelap
sabdamu adalah teka-teki
maka hurufku berupa misteri

jadi biarlah
sabda tetap teka-teki
huruf serupa misteri
biar...

-Serang, 1+8=9 -