Senin, Maret 16, 2009

Bahkan ”Z” jarang sekali kugunakan

Tiga puluh menit dua puluh tiga detik!

Tarianku terhenti diantara huruf alfabetik

Terpaku oleh kata, terpasung pada semantik

Bunga ide kembali kuncup kala realita bertahta

Binasa sudah gelora semangat tandas tanpa sisa


Kupunguti mereka yang terserak dari kulit kepalaku

Serupa ketombe! Ada ”M”, ada juga ”P”, ”G”, ”R”, ”W”, ”S”, ”Z”

Akan kuapakan konsonan ini!

Bahkan ”Z” jarang sekali kugunakan


Kemudian muncul ”jelaga”, ”prasasti”,”nirmala”, .......

Lantas mengapa harus kucari padanan kata?

Berpikir keras untuk mencari rima

Sialan! Untuk apa??


Tiba-tiba saja hadir Wiji Thukul, berteriak;

“apa yang berharga dari puisiku // kalau ibu dijiret utang?” *


Masih kupandangi mereka yang terserak

Akan kuapakan mereka?

Bisakah kumpulan alfabetik tak berbentuk ini kutukar beras?

Atau berubah wujud menjadi nikotin dan kafein?

Kupunguti mereka yang terserak

Kusebar kala angin bergemuruh

Melayang bebas serupa gerombolan virus

Virus alfabetik!

- Desa Kaloran Hajah Zaenab, 15 Maret 2009-


* setelah kucari-cari bukunya, secara lengkap kuhadirkan puisi Wiji Thukul;

Apa yang berharga dari puisiku

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau adikku tak berangkat sekolah

Karena belum membayar SPP

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau becak bapakku tiba-tiba rusak

Jika nasi harus dibeli dengan uang

Jika kami harus makan

Dan jika yang dimakan tidak ada?

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau bapak bertengkar dengan ibu

Ibu menyalahkan bapak

Padahal becak-becak terus terdesak oleh bis kota

Kalau bis kota lebih murah siapa yang salah?

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau ibu dijiret utang?

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau tetangga dijiret utang?

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau kami terdesak mendirikan rumah

Ditanah-tanah pinggir selokan

Sementara harga tanah semakin mahal

Kami tak mampu membeli

Salah siapa kami tak mampu beli tanah?

Apa yang berharga dari puisiku

Kalau orang sakit mati dirumah

Karena rumah sakit yang mahal?

Apa yang berharga dari puisiku

Yang kutulis makan waktu berbulan-buan

Apa yang bisa kuberikan dalam kemiskinan

Yang menjiret kami?

Apa yang telah kuberikan

Kalau penonton baca puisi memberi keplokan

Apa yang telah kuberikan

Apa yang telah kuberikan?


Semarang, 6 Maret 86



Kali ini kugunakan ”Z”

Zzzz..............zzz...

Zzzzzzzzz......... zzz...

zzz... zzz... zzz...

Zzzzzzzzz......... zzz...

Zzzzzzzzz......... zzz...

............zzzzzz.................


Wake up! Sun shining bright!!!


Hhhoooaammmm…nyemm…nyemmm….

“Ah! Celanaku basah!!!”

Senyum mengembang, mengambil shampoo

Hhhoooaammmm…nyemm…nyemmm….

………………

- Desa Kaloran Hajah Zaenab, 15 Maret 2009-

4 komentar:

  1. Wiji Thukul!!
    hhh...

    BalasHapus
  2. Hihihi... mungkin puisi itu ada supaya huruf2 bisa dirangkai (^^,) Klo ndak ga ada kerjaan huruf2 itu, kan kasian, udh bnyk pengangguran klo huruf2 juga nganggur? Wadow!

    BalasHapus
  3. betul juga ya G..kasian tuh huruf2 tdk dikaryakan
    klo gtu nti klo lg gak ad kerjaan ku rangkai2 deh.
    ato kita usulkan kepada Menteri tenaga kerja: dlm rangka mengurangi tingginya tingkat pengangguran kita canangkan gerakan nasional merangkai huruf-huruf!!!
    hehehehe

    BalasHapus

apa yang ada dikepalamu? apa yang menyumbat tenggorokanmu? apa yg membekukan jari-jarimu?... LONTARKAN!!