Minggu, Maret 22, 2009

CONTRENG? BAHASA MANA TUH ?!

Suatu malam saya ber-sms ria dengan salah seorang kawan tentang kegamangan hatiku ketika melihat kalender, ada momen long week end tanggal 26 Maret ini (anggap saja hari jum`at adalah hari kejepit nasional) apakah saya memanfaatkannya untuk liburan ke Jogja atau tidak. Eh, dibalas oleh kawanku itu: “Vote Jogja!”

Ahha!! Mak bedunduk / ujug-ujug/ tiba-tiba otak usilku kembali tersentil.. till!

Endonesa (sengaja kutulis demikian untuk mengikuti lidah kebanyakan penduduk ini menyebut nama negaranya sendiri), akan menghadapi momen bersejarah bagi dunia politik dan penentu kesejahteraan rakyat Endonesa (katanya loh!), yaitu PEMILU dengan jargon utamanya; CONTRENG! Lalu dengan memanfaatkan fasilitas 300 sms gratis dari salah satu provider layanan selluler yang namanya sama dengan ukuran baju terbesar itu maka saya mengirimkan `sejenis` polling sms kepada hampir 40 nomor kawan-kawan yang ada di phone book. Isinya seperti ini:

“Polling seputar PEMILU:

  1. Akrabkah anda dg istilah CONTRENG?
  2. Mengingat istilah CONTRENG tdk terdapat dlm Kamus Umum Bahasa Indonesia - J.S. Badudu. Menurut anda, berasal dr bhsa manakah istilah CONTRENG?

Terimakasih atas perhatiannya”

Komponen Responden: hampir 40% berasal dari kalangan terpelajar/akademik (kawan-kawan kuliah dulu dan rekan kerja sesama dosen). 20% dari kalangan seni/teater. 20% kalangan penggila kopi joss Lek Man jogja. 20% sisanya kenalan dari kalangan antah berantah. Balasan sms yang masuk dari responden (untuk sementara) sebanyak 15 sms dengan beraneka ragam respon yang cukup menarik (itu sebabnya saya merasakan perlu untuk menulis ini). Saya belum dapat membuat kesimpulan persentase dari keseluruhan polling karena belum mendapat 50% balasan, jadi hanya beberapa saja yang saya sertakan disini.

Beberapa sms balasan yang menarik dari nomor:

1. 081846xxxx : 1.Tidak, lebih akrab ‘centang’ atau ‘thick’. 2. dari bahasa Betawi

2. 08180789xxxx : contreng berasal dari bahasa jowo yg artinya minuman

3. 0812632xxxxx : 1.TIDAK 2.TIDAK TAHU. Yang saya tahu kata “CONTENG”

4. 08193172xxxx : sblm pemilu tdk familier, 2. mgkn dlm kms bs walikan jw, ky pabu sacilad..

5. 0813281xxxx : Ktku g ada, adanya coret, KPU pake contreng br ini...pdhal terkesan catro

6. 0813284xxxx : Teuing Euy!

7. 0859200xxxx : Mudh2an kt ”contreng” yg tlh trpblikasi lwt momen pemilu, suatu saat bs dmasukan dlm kms bhs Indonesia

8. 081568xxxx : Gaul bunk istilahnya...

9. 08933xxxxx : Itu kata baru gabungn conteng dgn coreng adeknya bobo....

Ini hanya beberapa sample saja yang saya anggap menarik untuk didiskusikan bersama (selain saya juga masih menunggu balasan sms lainnya). Mari kita siapkan teh, kopi, susu coklat dan penganan kecil agar diskusi kali ini lebih meriah. Balasan sms yang saya tampilkan dapat terlihat beberapa diantaranya mengindikasikan dari latar belakang kesukuan tertentu, ini yang kemudian juga (diharapkan) dapat menjadi representasi respon rakyat Endonesa ketika mendengar istilah ”CONTRENG” mengingat PEMILU yang diselenggarakan serempak pada seluruh wilayah Endonesa maka rakyat Endonesa-lah (dengan latar belakang beraneka ragam kesukuan yang luar biasa) yang akan memeriahkan PEMILU tersebut.

Menanggapi sms dari kawan pada nomor urut (1) diatas, saya membalas lagi (karena Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) - J.S Badudu masih saya pegang) maka berdasarkan itulah balasan sms saya, kurang lebih begini isinya:

”Centang (jw): memberi tanda dgn tulisan atau coretan (sebagai peringatan).... ’

Tapi ini salah satu definisi dari kata ”Centang” dalam KUBI ini, perhatikan sms lanjutan saya ini:

”tapi bahayanya, istilah ”Centang” tadi b`asal dr bahasa Jawa, sementara istilah ”Centang” dlm KUBI yang sama tp b`asal dari bhs Jakarta m`andung arti menempeleng, memukul. Nah loh!”

Akan bahaya bukan? jika orang Jakarta mengartikan istilah ini apa adanya berdasar yang mereka pahami dalam kehidupan sehari-hari, ketika dibilik suara maka pemilih dari Jakarta akan memukul foto para CALEG!!

Menanggapi balasan berikutnya (nomor 3 diatas), saya masih berpedoman dari KUBI yang saya pegang, memberikan definisi dari ”CONTENG” sebagaimana usul kawanku itu. ”Conteng/ conteng/, coreng: conteng-conteng, coreng-moreng, penuh garis-garis tak keruan. Nah jika pakai definisi ini kira-kira kertas suara sah tidak?” Tak lama kemudian kawanku satu ini membalas lagi, seperti ini:

”Vide KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA, Edisi ketiga, Tim Penyusun Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa Depdikbud, Penerbit Balai Pustaka, hal. 195, CONTENG = CORET = CORENG”

Memang dasar kawanku pengacara asal Medan satu ini, menjawab lengkap dengan bukti!! Bahkan halaman buku itu dia sertakan, busyeet dah! Baiklah kujawab lagi (masih pake KUBI):

”KUBI, J.S Badudu hal. 289. Coret/coreng: (1). Menggaris; (2) Menghapus dng garis panjang dan tebal (tulisan); (3) Memecat, meniadakan, tidak memasukkan dengan sengaja seseorang. Coreng/coreng/, garis, corek; coreng-moreng, banyak garis tak keruan memberi kesan kotor.”

Hehehe.. aku masih ketawa kalau baca lagi sms dia, bukan menertawakan isi smsnya itu tapi begitu besarnya niat dia membalas smsku sampai-sampai kami `perang kamus` ahh, tak berubah juga kawan satu itu sejak kuliah dulu sampai sekarang memegang motto hidup (sebenarnya sama juga dg aku): yang penting ngeyel (ngotot) duluan, hahaha.

Respon kawan-kawan yang lain saya rasa lebih kepada kurang-pedulian atau mengindikasikan kebingungan terhadap PEMILU, seperti misalnya menyamakan dengan minuman, bahasa walikan (bahasa rahasia dengan dasar penggunaan aksara Hanacaraka yang biasa dipake preman-preman Jogja agar tidak dimengerti Polisi), bahasa gaul, dianggap catro (mungkin setara dengan tidak gaul ya?), masa bodoh (bhs sunda teuing euy!).

Istilah Contreng (mungkin) diharapkan menjadi salah satu faktor penentu suksesnya PEMILU, dengan pemilihan istilah yang mudah diingat dan mudah dipraktekkan dibilik suara nantinya. Sementara dari pendapat beberapa orang tua yang pernah (berkali-kali) memilih pada PEMILU sebelumnya lebih mantap (marem) dengan metode COBLOS. Meskipun istilah ini juga bisa jadi tidak dikenal dalam kelompok masyarakat tertentu, namun karena kita memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Endonesa maka sewajarnya hal ini dipergunakan, meskipun (lagi) istilah COBLOS tidak ditemukan dalam KUBI namun karena COBLOS dianggap sebagai representasi kebulatan tekad rakyat maka dengan mantapnya dan gegap gempitanya pemilih akan men-COBLOS! Akan tetapi meskipun telah di-soSIALisasi-kan dan dipraktekkan selama berpuluh tahun di Republik Endonesa Raya ini masih saja yang banyak terjadi kesalahan dan adanya kecurangan, apalagi sekedar CONTRENG dengan spidol (selain gak mantap, celah kecurangan sangat lebar terbuka, melihat begitu mudahnya menambahkan sebuah atau seribu garis lagi menggunakan spidol).

Sejatinya PEMILU adalah memilih para pemimpin Republik ini, hanya saja rakyat jadi dibuat binggung dengan manuver-manuver politik para politikus. Saling hujat, menjelekan kinerja satu-sama-lainnya (saya suka dengan istilah satu-sama-lainnya ini, bukankah ini jelas-jelas mengindikasikan kesamaan kualitas?). Kalau men-jelek-jelek-an satu-sama-lainnya maka yang satu jelek, sudah tentu yang lainnya juga jelek. Kenapa tidak mem-bagus-bagus-kan satu-sama-lainnya ya? Tapi kalau itu terjadi namanya bukan oposisi bung, melainkan koalisi.

Ada lagi catatan menarik saya ketika melihat fenomena ’ke-heboh-an’ ketika media yang memuat berita pemimpin republik ini dikatakan sakit karena gangguan lambung. Polemik cepat berkembang dengan dugaan-dugaan: hubungan nyeri lambung dengan nuansa sangat politis sekali, sehingga selang beberapa saat kemudian pasien dokter kepresidenan ini mendesak untuk membuat press conference yang diliput oleh salah satu media televisi, pernyataan si pasien bahwa beliau juga manusia jadi wajar saja sakit/nyeri lambung tapi obat yang diberikan dokter kepresidenan kepada si pasien itu tidak cukup ampuh menurutnya, karena biasanya pasien meminum ”ProM**”, sedetik setelah pasien itu menyebutkan salah satu merk obat nyeri lambung itu tiba-tiba tampilan pada layar televisi berubah menjadi iklan obat nyeri lambung yang dibintangi oleh ’Mantan Jenderal Pencopet Legendaris’ yang juga akan jadi saingan si pasien nantinya. Dalam commercial break itu menampilkan jurus andalan: gerakan menjentikkan jari sebagai representasi efektifitas kerja obat nyeri lambung itu. MENARIIIKKK!!! Dahsyatttt..... itu komentar spontan yang keluar dari mulut saya. Begitu cepatnya pergerakan hubungan antara: POLITIK-MEDIA MASSA-KAPITALISME, seperti jurus andalan iklan tersebut, ’ccttiiikkk’ (*tiruan bunyi suara menjentikkan jari*)

Secepat tiruan suara itu juga saya membalasi sms dari kawan-kawan. Beberapa kawan yang masih tertarik berbalas sms (jadi inget berbalas pantun jaman dulu) dimana saling gayung bersambut sms (cieee..juadddull banget ‘gayung bersambut!’) akhirnya memberikan harapan agar kedepan pelaksanaan PEMILU jadi lebih baik. Misalnya membalas sms dari kawan (nomor 7 diatas), sederhana saja kuketik: “AMMMIIEENNN“ Bahkan ada yang dengan gegap gempitanya mengusulkan agar anggota KPU diberikan penataran untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Wuahhh, untuk yang satu ini komentarku jadi terasa berat banget, pasti akan sulit untuk itu, karena selama kita saja masih menyanyikan lagu kebangsaan kita jadi seperti ini:

”Endonesa tanah airku......(dst)... Endonesa kebangsaanku...(dst..dst..dst)”

Melafalkan Indonesia aja susah (Endonesa lagi..Endonesa lagi!). Susah memang hidup di republik ini.

Itulah susahnya hidup di Endonesa Raya ini, mau ikut pesta bingung mau CONTRENG yang mana? sama susahnya misalnya dengan nasib orang yang disebut-sebut sebagai GOLPUT. Gambaran kemantapan hati yang gegap gempita saat pesta demokrasi Endonesa tersebut tentunya tidak akan ditemukan pada orang yang disebut-sebut sebagai GOLPUT. Ini lagi sebabnya kenapa kubilang susah; mau jadi Golongan Putih aja eeh tau-tau sudah difatwa haram, artinya sederajat dengan babi, anjing, bangkai de el el (trus gimana tuh politisi yang menganjurkan agar GOLPUT ya? Padahal misalnya tokoh itu tuh tujuh per delapan Wali... Haram kuadrat kalee). GOLPUT gak boleh! apalagi menetapkan hati masuk kedalam GOLONGAN HITAM....!!! tapi besok saya akan masuk ke bilik suara, entah di dalam sana mau ngapain, RAHASIA doong!

Susah...susah...hhheehhhhh.......

*menghela napas panjang*

-Kaloran Hj Zaenab, 21 Maret 2009-

3 komentar:

  1. aduh bro, sampean tekun banget menulis postingan ini. salut! sungguh aku salut!

    soal contreng itu, di Bali (yg merupakan sudara mudanya Jawa), kata CONTRENG itu artinya mencoret dengan arah miring atau (juga) silang. hanya saja konotasinya cenderung kepada hal yang buruk, kumal, dan kotor.

    untuk pemilu, mestinya pemerintah dan para elit menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia yang baku dan benar. tetapi begitulah, untuk berbahasa yang baik saja mereka gak pernah mau tahu, apalagi nanti kalau sudah dapat kedudukan akan lebih arogan lagi. pokoknya yang penting bisa dapat kursi, biar salah juga gak apa2.

    oya bro, aku GOLPUT! jangan bilang2 sama ibuku ya... hehehe...

    BalasHapus
  2. slm teater buat empunya tempat.sy selalu mengidamkan saat..membaca ayt2 begini..bagi sy ini sudah cukup enak bila d baca..tahiah!!kalau boleh tlg tambah info lagi ya,buat pelajaran gue d tanah seberang....

    BalasHapus

apa yang ada dikepalamu? apa yang menyumbat tenggorokanmu? apa yg membekukan jari-jarimu?... LONTARKAN!!