Jumat, Maret 27, 2009

ENDONESA HARUSNYA MENANGIS!!!!

Endonesa Raya Gemah Ripah, Loh Jenawi, Subur Makmur, Negeri hamparan Intan Manikam, Jamrud Khatulistiwa, Baldatun Warobun Goffur ini harusnya menangis ketika melihat puluhan anak Sekolah Dasar di Kota Malang yang meraung-raung menangis mempertahankan bangku-kursi tempat mereka belajar yang disita paksa oleh pembuat kursi yang mengaku belum dibayar oleh Negara….

Saya jadi teringat pada murid-murid Sekolah Dasar yang pernah sempat saya (justru) belajar dari mereka di Kota saya, jauh memang dari Kota Malang, tapi mereka anak SD! Tidak layak bangku sekolah mereka direbut paksa begitu saja ketika sedang mereka duduki saat sedang menimba ilmu, begitu besarnya keinginan mereka sampai-sampai mereka beradu kekuatan tarik-menarik mempertahankan bangku mereka. MEREKA HANYA ANAK SD KAWAN!!!!…tapi pengrajin pembuat bangku itu juga tidak bisa hidup jika pesanan bangku darinya tidak dibayar Negara, bisa jadi (mungkin) untuk membayar uang bangku, uang buku dan tetek bengek lainnya bagi anaknya yang (mungkin juga) ber-sekolah di SD itu…. Ahh Endonesa-ku….

Maaf saya tidak sanggup lagi untuk melanjutkan tulisan ini...tidak sanggup lagi!!!!!!!!!


(pada awalnya saya sungguh-sungguh tidak sanggup untuk melanjutkan tulisan ini, sampai tiga hari saya biarkan (tidak dilanjutkan) setelah melihat berita tersebut, tapi kemudian saya merasa perlu ‘menghidupkan’ kembali dua tokoh besar ini)

Haruskah kita tanyakan bagaimana perasaan Ki Hajar Dewantara yang pernah berkata;
”...pengetahuan, kepandaian, janganlah dianggap sebagai maksud dan tujuan, tetapi merupakan alat, perkakas, lain tidak. Bunga yang kelak menjadi buah, itulah yang harus diutamakan. Buahnya pendidikan yaitu matangnya jiwa yang dapat memujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci, serta bermanfaat bagi yang lain…”

Bagaimana bisa kita lihat bunga itu merekah dan menikmati matangnya manfaat buah itu jika benihnya saja dicabut paksa agar tidak dapat tumbuh?

Atau perlu kita hadirkan kembali Kartini?! Haruskah dia mengulang kembali perkataannya;
“…Kami merasa celaka karena kenyataan yang kejam mengancam akan menghancurkan cita-cita kami: pikiran kami yang dingin dan tenang memerintahkan kami melemparkan, mengubur mimpi dan angan-angan karena masyarakat Bumiputera tidak memerlukan indah dan nikmat hidup ini mesti dibaliknya banyak kepedihan dan kegelapan. Bukankah kegelapan ini justru akan membuat cahaya itu tampak lebih terang? Maksud Tuhan terhadap kita baik......” (13 Agustus1900)

Benarkah maksud Tuhan baik terhadap anak-anak SD itu?

-Kaloran Hj Zaenab,

3 komentar:

  1. aku nonton berita ini di TV. mulanya aku sedih melihat anak-anak SD itu, lalu aku mual, lalu aku MUAK dengan pemerintah dan para wakil rakyat!!!!

    BalasHapus
  2. Hmm...

    Mungkin bakalan ga enak untuk didengar, tapi, namanya juga Indonesia, maka hal2 absurd memang pantas terjadi.

    Kenapa selalu saja bolak-balik mempertanyakan TUHAN dan kebaikannya gitu loh. Ya jelas Dia bukan Dia yang menginginkan kursi2 itu dirampas, bukan Dia juga yang ingkar janji ga membayar kursi2 itu. Itu kan kerjaan manusia.

    Kita niy loh yg mustinya sadar, ga usahlah marah2 dan jengkel, mungkin lebih produktif kalo trus pada ngumpulin duit untuk menebus kursi2 itu gitu kali ya? Hehe.. Payahnya, trus administrasinya bakalan berbelit ga? Trus abis itu sapa yg mau repot2 mengkoordinir, en bakalan beneran nyampe ga ya?

    See, terlalu banyak pertimbangan dan keruwetan untuk menyelesaikan suatu hal yang sebetulnya dan seharusnya mudah.

    (Yg pasti saya ga bisa koordinir pencarian dana, hihi... ai know.. emg saya bermulut besar)

    BalasHapus

apa yang ada dikepalamu? apa yang menyumbat tenggorokanmu? apa yg membekukan jari-jarimu?... LONTARKAN!!