Kamis, Mei 21, 2009

Audi et Alteram Partem


”Sepuluh hari waktu yang cukup! Cukup singkat untuk mengambil keputusan yang akan berimbas kepada sisa waktu sepanjang hidupmu kawan. Engkau harus berani menghadapi sidang ini setelah masa panjang penderitaanmu.” Tangan kawanku masih memijat-mijat tengkukku sementara wajahku tertunduk lesu, mataku memerah, degup jantung tak beraturan, tiba-tiba saja aku kesulitan untuk menghirup oksigen. Ramsad bilang aku pingsan selama sepuluh menit!


Sepuluh tahun sudah berlalu sejak ketukan palu terakhir hakim yang membuat putusan in kraght van geweisjde, rasanya seperti pingsan selama sepuluh menit saja. Ramsad datang lagi tepat di kebun yang sama dan tangannya lagi-lagi berada di tengkukku, kuperlihatkan berita mengejutkan ditulis dalam koran itu pada Ramsad. Wajahku tertunduk lesu, mataku memerah, degup jantung tak beraturan, tiba-tiba saja aku kesulitan untuk menghirup oksigen. Ramsad bilang aku pingsan selama sepuluh menit!


Sepuluh jam sudah sejak aku pingsan, Ramsad masih di sampingku. Tangannya kali ini ada di telapak tanganku, ada aura hangat mengalir dari telapak tangannya. Aku hanya melirik sedikit kearah Ramsad yang memejam serius. Ramsad mulai membuka kelopak matanya, buru-buru kusembunyikan lagi wajahku. Ramsad memutar wajahku hingga tepat berhadapan langsung, hanya beberapa jarak saja. Nafasku memburu tapi Ramsad hanya tenang saja, tenang sekali dengan wajah senyum kecil. Aku semakin curiga, rupanya Ramsad mencuri nafasku, dihisapnya dalam-dalam hembusan nafasku. Ramsad apa yang kau lakukan? Tapi aku hanya diam, bola mataku bergerak cepat kekanan dan kekiri tanpa menyentuh ujung bola mata. Ram

sad apa yang kau lakukan ??!!

Ramsad bilang aku pingsan lagi selama sepuluh menit. Kali ini tangannya menggengam segelas air mineral, bibirku ragu menerima uluran gelas itu. Semangkuk bubur putih tanpa potongan daging ayam, tanpa kecap, tanpa kerupuk, tanpa sambal, hanya seujung sendok saja yang masuk kemulutku itu pun tak jadi masuk perut. Kumuntahkan kembali. Tenggorokanku terasa panas, nafasku memburu, mataku memerah, degup jantung tak beraturan, tiba-tiba saja aku kesulitan untuk menghirup oksigen. Ramsad bilang aku pingsan selama sepuluh menit!


Handuk kecil yang tercelup dalam air hangat, diperas oleh Ramsad kemudian wajahku merasakan hangat nyaman handuk basah itu. Wajah Ramsad begitu tenang hanya saja mengapa garis-garis kerut mulai tampak pada keningnya? pipi yang kuketahui sebelumnya begitu menarik perhatian banyak perempuan, mengapa pipi itu terlihat begitu kisut? Ramsad menunjukkan senyumnya yang semakin melebar, dia paham aku memperhatikan detail wajahnya. Didekatkannya wajah itu kearahku hingga hanya beberapa jarak saja, senyumnya mengembang menunjukkan keistimewaan pada pipinya yang mulai kisut itu. Ramsad hanya diam, aku juga hanya terdiam, bola mataku bergerak cepat kekanan dan kekiri tanpa menyentuh ujung mata. Ramsad apa yang terjadi ??!!


Ramsad bilang aku pingsan selama sepuluh menit! Dia melambaikan tangannya kemudian menghilang. Sepuluh menit kemudian pintu tempat terakhir kali Ramsad terlihat, kini terbuka, dua orang bocah berlari kearah ranjang tempat pembaringanku. ”Bunda... bunda... coba lihat Nada dikasih kado oleh Ayah! Kak Bella juga tuh, ayo kasih liat ke bunda dong kak!” bocah lucu dengan rambut terikat mirip dua air mancur yang tumbuh dikepalanya itu menarik-narik baju seragam merah putih milik bocah perempuan yang dia sebut kakak. Ekspresi bocah yang lebih besar ini hanya datar dan malas berbicara ”Iya bun, kemarin waktu ulang tahun Bella dikasih kado. Papah Ramsad baik deh walaupun bukan Papah Be...” Ramsad tiba-tiba menutup mulut bocah itu dan buru-buru mengajak mereka keluar, tangan Ramsad melambai kearahku, menutup pintu. Nafasku memburu, siapa bocah-bocah itu Ramsad? degup jantungku tak beraturan, mengapa mereka menyebut aku sebagai bunda? Ramsad dimana kamu? Mengapa kamu tutup mulut anak itu??


Ramsad bilang aku pingsan selama sepuluh menit! Anak-anak sedang bermain dibagian penitipan anak bersama suster, kudengar suara Ramsad tapi kuperhatikan bibir Ramsad tidak sesuai dengan apa yang dia ucapkan, seperti proses dubbing film telenovela. Kedua telapak tangan Ramsad berada kedua telingaku seolah memastikan keadaanku, Ramsad mengamati setiap detil gerak bola mataku. Aku baik-baik saja Ramsad, sungguh! Aku buktikan itu dihadapan Ramsad dengan duduk bersandar pada bantal dibalik punggungku. Ramsad mengeluarkan beberapa berkas dari tas kerjanya, ada logo bank milik BUMN berprada emas pada bahan kulit tasnya. Ramsad bilang baru saja selesai mengurus biaya rumah sakitku di kantor ASKES, katanya juga beruntung Kepala Dinasku bersedia menandatangani berkas itu hari ini juga, jika telat satu hari saja maka biaya rumah sakit ini tidak akan ditanggung negara meskipun aku pengabdi negara.


Ramsad melangkah kearah kamar mandi. Kuambil koran dari meja disebelahku, tepatnya lemari kecil multi fungsi yang biasa terdapat disetiap rumah sakit. Entah kapan terakhir kali aku membaca koran? Mataku tertuju pada headline berita, lengkap dengan foto berita itu. Aku hanya terdiam, bola mataku bergerak cepat kekanan dan kekiri tanpa menyentuh ujung mata, nafasku memburu mataku memerah, degup jantung tak beraturan, tiba-tiba saja aku kesulitan untuk menghirup oksigen. Ramsad apa yang kau lakukan!!!

Koran itu terjatuh kelantai kemudian disusul besi penyangga botol cairan infus.

Head line koran itu tertulis:

BELLA SELAMAT DARI PERCOBAAN PENCULIKAN AYAH KANDUNGNYA

Kota S, (Kompaz),-

Bella Kartika Chandra Rini (11), putri sulung mantan Kepala Dinas Peternakan Kota S, Perwita Chandra Rini (30), berhasil diselamatkan oleh ayah tirinya, Ramsad Daud Ali (40), setelah hendak diculik oleh ayah kandungnya sendiri, Jeremy Bentham Walker (45), pada hari Selasa 21 April 2009. Peristiwa penculikan ini terjadi ketika Bella tengah merayakan hari ulang tahunnya kesebelas yang jatuh bertepatan dengan Hari Kartini.



Bella yang masih terlihat shock hanya dapat menangis dipelukkan ayah tirinya. Pesta yang sekiranya membuat dirinya bahagia kemudian berubah menjadi momen yang menakutkan bagi Bella. Berkat aksi perlawanan Ramsad kini Bella dapat kembali pada pelukannya. Baik Ramsad maupun Bella menolak untuk memberikan pernyataan kehadapan para wartawan.

Jeremy Bentham Walker, merupakan mantan penyanyi terkenal dari Australia ini telah bercerai dengan Perwita Chandra Rini sepuluh tahun lalu dan terpisah dengan anaknya karena Jeremy harus menjalani hukuman penjara. Latar belakang rasa rindu tak tertahankan terhadap anaknya yang menyebabkan Jeremy sehingga nekad menculik Bella ketika pesta perayaan putrinya di rumah sakit tempat ibu kandungnya dirawat. Jeremy telah menyusun serangkaian rencana penculikan ini hanya berselang satu minggu setelah dirinya keluar dari penjara dan berencana akan membawa Bella ke negara asalnya.



Kilas balik sepuluh tahun lalu mengingatkan kita pada kasus yang menggemparkan masyarakat Kota S saat itu, kehebohan itu bukan hanya karena perceraian antara Perwita dengan Jeremy, Warga Negara Australia yang juga penyanyi terkenal itu, tetapi juga karena kesadisan Jeremy yang tega berniat menghabisi nyawa Perwita ketika selesai sidang kedua perceraian dimana kedua belah pihak masing–masing diperdengarkan kesaksiannya (Audi et Alteram Partem). Beruntung saat itu tindakan Jeremy diketahui oleh Ramsad (belakangan menjadi suami perwita, empat tahun kemudian setelah kejadian tersebut), sehingga nyawa Perwita dapat terselamatkan meskipun menderita luka berat.



Namun akibat dari perbuatan itu menyebabkan Perwita mengidap penyakit langka yang disebabkan oleh pukulan keras dikepalanya yang dilakukan Jeremy sepuluh tahun yang lalu. Berdasarkan pengakuan dari dokter yang menangani Perwita, pasiennya ini mengalami kerusakan jaringan syaraf otak akibat pukulan keras yang menyebabkan luka dibagian kepalanya sehingga mengakibatkan hilangnya beberapa bagian memori ingatan dan ketidaksadaran alias pingsan setiap kali keadaan dirinya menjadi tegang terutama jika mengingat kembali trauma masa lalunya dan jika merasakan anaknya akan ditimpa musibah.



Menurut sumber kami yang dapat dipercaya bahwa keberadaan Perwita dalam perawatan di rumah sakit ini dikarenakan dirinya shock begitu mengetahui mantan suaminya, Jeremy, telah keluar dari penjara sepekan lalu. (KK)


Kota S – Desa Kaloran Hj. Jaenab, first wrote in April 30, finishing May 21st, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apa yang ada dikepalamu? apa yang menyumbat tenggorokanmu? apa yg membekukan jari-jarimu?... LONTARKAN!!