Apa Yang Berharga Dari Puisiku Apa yang berharga dari puisiku
Kalau adikku tak berangkat sekolah
karena belum bayar SPP
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau becak bapakku tiba-tiba rusak
Jika nasi harus dibeli dengan uang
jika kami harus makan
dan jika yang dimakan tidak ada?
Apa yang berharga dari puisiku
kalau bapakku bertengkar dengan ibu
ibu menyalahkan bapak
padahal becak-becak terdesak oleh bis kota
kalau bis kota lebih murah siapa yang salah?
Apa yang berharga dari puisiku
kalau ibu dijiret utang
kalau tetangga dijiret utang?
Apa yang berharga dari puisiku
kalau kami terdesak mendirikan rumah
di tanah-tanah pinggir selokan
sementara harga tanah semakin mahal
kami tak mampu membeli
salah siapa kalau kami tak mampu beli tanah?
Apa yang berharga dari puisiku
kalau orang sakit mati di rumah
karena rumah sakit yang mahal?
Apa yang berharga dari puisiku
yang kutulis makan waktu berbulan-bulan
apa yang bisa kuberikan dalam kemiskinan
yang menjiret kami?
apa yang telah kuberikan
kalau penonton baca puisi memberi keplokan
apa yang telah kuberikan
apa yang telah kuberikan?
(Wiji Thukul, Semarang 6 Maret 1986
dalam "Aku Ingin Jadi Peluru, Kumpulan Puisi Wiji Thukul)
Sajak Rambut
Rambutku gondrong benakku adalah hutan
keinginan terkurung didalamnya
di kegelapan aku berteriak: kebebasan!
sepanjang malam semakin ribut
jiwa siapa tak akan letih
menjelang pagi baru tertidur
hari hampir siang, matahari menegurku
hutanku kembali minta dilayani
inikah dirimu, di depan kaca aku bertanya
kening yang terlipat, mata yang nyalang
rambut yang gondrong dan debar jantungmu
menangkap bau warna putih: uban!
rambut yang panjang mendekati tanah
waktu memberat di tiap helai
berapa lagi bukit-bukit letih dan daki
sbelum sampai di sebuah pantai
melabuhkan lelah sementara
menyongsong badai kembali
(Wiji Thukul, 11 Juni 1983, sorogenen, surakarta)
woeeee sangar banget fotomu hehehe sayang terlalu besar jarumnya ...itu jarum untuk ambil sample darah tu ...bikin wakas aja....
BalasHapuscuma property mas ;)
BalasHapus