Senin, Juni 09, 2008

Kamu Bilang Ini Puisi?!



Dalam sebuah perbincangan (bisa jadi debat, soalnya sempet eyel-eyelan) malamku dengan seorang kawan (sempet kupikir dia tuh sastrawan/sastrawan wannabe) padahal aku sendiri cuma suka sastra (ato bisa dibilang sok-sokan suka sastra aja). Awalnya dia mulai buka buku catatan kecilku (kusebut buku ajaib, klo ada yg pernah liat sosok buku itu psti senyum), kawanku ini membaca beberapa goresan tanganku trus dia nyeletuk "kamu suka nulis puisi toh?", aku cuma nyengir kuda aja, tapi tiba-tiba dia malah `nampar` aku dg kata-kata "plakkk!!!". "kamu bilang ini puisi?!, hahahaha... kayak gini koq dibilang puisi! ".... eeee...eeee koq mas-mase ini mengibarkan bendera perang perdebatan (ooops.. ralat ding, aku gak suka berdebat, lebih suka berdiskusi tapi panjaang, alot dan terkadang eyel-eyelan). Singo kowe! podo wae cuk!.
Waktu aku `nyengir kuda`kan gak nge-klaim coretan tanganku sebagai puisi, ato jangan2 dia ngerti bahasa kuda apa ya?, bagiku ini wajar terjadi terutama dikalangan `sastrawan wannabe` (aku gak meng-klaim aku sastrawan wannabe loh...cuma nyengir kuda koq! hayooo ada lagi yg bisa bahas kuda?). aku pernah baca bukunya "MATA mBeling JEIHAN", dari karya-karya (aku gak berani nge-klaim ini adalah puisi) Jeihan sekitar 1969an, disitu aku menemukan tawaran menarik dalam ranah sastra, bentuknya unik, nyeleneh n asik (mungkin ini kenapa Jeihan berani bilang mBeling= kata temenku lebih mudah utk persamaan katanya lihat aja Pletot (anak kecil dkt kosku di Wirobrajan dlu yang nakal, degil n ra` urusan gitu deh)).






Kembali lg ke perbedaan pendapat, dari buku itu juga ada tulisan dari Soni Farid Maulana yang menceritakan atmosfer `perang wacana` pada masa 1970-1980an antara Kaum Urakan yang dipelopori Rendra cs (mereka mengadakan Kemah Kaum Urakan di Parangtritis 1971) vis a vis dg Gerakan Puisi mBeling yg lebih dulu ada sejak 1969 dipelopori oleh Jeihan, Remy Silado, Sutradji CB, Wing Karjo, , Yudhistira n Noorca Massardi dkk (bahkan terakhir Sutardji Calzoum Bachri (pernah di GP mBeling muncul dg Pengadilan Puisi nya di Bandung 1974).

Menurut pengakuan Jeihan sendiri (dalam buku ini), dia mengkritik keras Chairil Anwar dalam puisinya "yang bukan penyair tidak ikut ambil bagian", ini petikan protes Jeihan "dengan tegas saya katakan, yang bukan penyair boleh ikut ambil bagian. ini artinyasetiap orang boleh menulis puisi, boleh main-main dg puisi. gembira ria dg puisi". Nah loh! artinya dg buku ini aku juga nampar kawan ku yg `sastrawan wannabe` ini (plllaakkk...plokkk! djiggg!!!, buggg, pletaakkk!, gubrakkk!..dooorrrr!!!!) eh mas... mas masak nampar segitu dahsyatnya sih? (yo ben toh!), secara Jeihan Sukmantoro adalah seorang pelukis, masak mahasiswa hukum gak boleh bikin`sesuatu mirip puisi` toh juga gak ku jual ke penerbit... weeeks :P

Lagi pula kenapa juga orang mau menuangkan kegelisahan hati, gundah gulana, pedih peri, realita sosial atau apapun juga koq harus terikat dengan aturan; ini tuh puisi! klo Sajak begini!, soneta lain lagi! bego lu ini mah prosa! belum lagi harus sesuai dg EYD ahhh prekk!!!. mari kita lihat gaya Jeihan dalam menuangkan ungkapan hatinya...... ladies and gentlemen........

MUKADIMAH PUISI mBeling

sadjak ya sadjak

djedjak ya djedjak

sadjak cari djedjak

djedjak cari sadjak

biarkan

yang djedjak, djedjak

jang sadjak, ya sadjak

kutipan perkataan Jeihan "yang terang puisi mBeling di publikasikan secara luas dan terbuka sebagai reaksi atau lebih tepatnya sebagai jawaban atas apa yang dilakukan Rendra.." atau coba cermati ini....


HAL, 2

ooooooooo
ooooooooo
ooooooooo
ooooooooo
oooooooooooooooooo ooooooooo
ooooooooo ooooooooo ooooooooo
ooooooooo ooooooooo ooooooooo
ooooooooo oooooooooooooooooo
ooooooooo
ooooooooo
ooooooooo
ooooooooo
S.O.S
O 2
!

(1975)

Jeihan sudah mengkhawatirkan ancaman Global Warming Bung!!! Beliau sudah khawatir dengan kondisi udara bumi yang telah tercemar oleh berbagai macam zat kimia... sementara Oksigen (O2) membutuhkan pertolongan (ingat tanda minta tolong= S.O.S) dan diakhir puisi itu ada tanda pentung (!) yang berarti butuh perhatian khusus bukan?


ato coba renungkan ini.... (gak perlu kamu itung deh X ada berapa liat aja judulnya kl ga percya?)


ABAD DUA PULUH

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XX

Kita mau kemana?

(1975)

ato coba baca karya Remy Sylado ini....

PESAN SEORANG IBU KEPADA PUTRANYA

jangan

bilang

kontol

(1973)


keren kan? tapi untuk lebih lengkapnya kawan-kawan baca aja buku MATA mBeling JEIHAN terbitan Grasindo, klo masih ada loh bukunya... hehehe... soalnya aku dapat buku ini dari Book Fair Jogjakarta tahun 2005, harganya cuma lima rebu perak!!

sekedar perbandingan dengan karyanya Rendra berikut ini.....

kesadaran adalah matahari

kesabaran adalah bumi

keberanian menjadi cakrawala

... dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.....

ada kisah menarik berkaitan dengan puisi ini, aku pernah liat puisi ini dikutip dalam stiker POSMAnya ABAYO yg ditempel di Bus Jalur 12 trus kutulis kedalam `buku ajaib`ku dan selang beberapa tahun kemudian, ndilallahnya aku ketemu Rendra (asli) dikampusku (kampusku yg di dkt gamping loh bukan kampus ULM (Universitas Lek Man) kl ini extensi.. hehehe). Aku minta tandatangan Rendra pas ditulisan puisi itu dlm `buku ajaib`ku. eee...eee ternyata...eh ternyata... Rendra meng-koreksi tulisan ku itu yang semula

keberanian adalah cakrawala ........... dikoreksi menjadi



keberanian menjadi cakrawala

waktu itu Rendra bilang.."hehehe... bukunya letek yo de? tapi ini salah (sambil nunjuk kata`adalah`), harusnya `menjadi`" . uuuuiiiiitttssssss.... saluut...saluuttt....saaalluuttttt


(dalam hati ku.... `berarti kl beliau liat stiker-stiker lainnya pasti dia koreksi juga tuh!, bayangin aja klo ditempel juga di Bus Jaur 15, jalur 6, jalur 9 n jalur-jalur lainnya, bisa jalan-jalan keliling kota dong...sambil bawa spidol!!` kikikikikkkkkk..... huuushhhhhhh!!!!!

(ket; gambar-gambar aku download dari; www.loc.govexhibitsmaliimagesamm0001rs.jpg, wordofgodorwordsofmen.com, spencer.lib.ku.edu)






8 komentar:

  1. "Lagi pula kenapa juga orang mau menuangkan kegelisahan hati, gundah gulana, pedih peri, realita sosial atau apapun juga koq harus terikat dengan aturan; ini tuh puisi! klo Sajak begini!, soneta lain lagi! bego lu ini mah prosa! belum lagi harus sesuai dg EYD ahhh prekk!!!"

    S e t u j u ! ! ! :)

    BalasHapus
  2. bulb-mode
    asik ada yg setuju.....

    BalasHapus
  3. bulb-mode
    asik ada yg setuju.....

    BalasHapus
  4. 'seorang teman'-mu yang penyair wannabe itu berinisial Srjn kah?
    :-s

    BalasHapus
  5. fur dir;
    Srj tuh tingkatannya dah POEDJANGGA
    loh! hati-hati....
    POEDJANGGA PRIMBON tapi... weeks

    BalasHapus
  6. Numpang lewat, ndereek langkuuung kang......

    BalasHapus
  7. keren! puisi mbeling butuh rai gedhek, ndas teng, mental terganggu. dan itu sangat sulit!
    hehehe...ulasan yg memabukkan... jadi tambah mabuk kata kata nih..

    BalasHapus
  8. @ sandra: terimakasih dah menyempakan hadir di sini. waduhh.. saya lupa tuk memberitahu supaya minum ANTIMO dlu sebelum baca tulisan itu.. kekekekk

    BalasHapus

apa yang ada dikepalamu? apa yang menyumbat tenggorokanmu? apa yg membekukan jari-jarimu?... LONTARKAN!!