Jumat, November 20, 2009

Sepotong Sesuatu ... potongan ke




Paska pemeriksaan mayat. Lokasi; Menuju Kos Nadhien
Yang Jauh Mendekat, Yang Dekat Merapat

Setelah shalat, Nadhien meminta untuk diantarkan ke kosnya agar bisa bersama menuju Sardjito lagi selepas Isya nanti, Raya menyanggupinya. Keluar dari gerbang RSUP Sardjito motor diarahkan menuju lokasi tujuan dengan navigator duduk dibagian belakang. Tak lebih dari 10 menit mereka telah memasuki gerbang halaman kos Nadhien, sebenarnya kontrakan lebih tepatnya namun Nadhien tidak begitu akrab dengan teman-teman satu atapnya bahkan mereka juga satu fakultas dengannya. Kehidupan teman-temannya terlalu glamor bagi Nadhien, maklum untuk masuk kedalam fakultas bergengsi sekelas kedokteran dapat dipastikan mereka berasal dari keluarga berkecukupan tapi bukan berarti harus sombong dengan kekayaan orang tuanya.

Nadhien memilih merasakan menjadi anak kos meskipun rumah orang tuanya berada di utara kota Jogja tak jauh dari sini, segala kebutuhan sudah pasti terpenuhi dengan baik disana. Alasan agar lebih dekat dari kampus dan bujukan mobil baru dari Bundanya tidak mengendorkan niat Nadhien.
”Mas, tunggu disini sebentar. Aku mau mandi dulu, sudah hampir magrib nih, nanti kita shalat berjamaah lagi ya? Mas Raya masih mau menjadi imam `kan?” senyum ragunya menandakan ketidak kuasaannya untuk menolak. Sebenarnya Raya lebih memilih menunggu di teras depan agar dia dapat menghisap rokoknya, berjam-jam mulutnya terasa pahit belum terkena efek nikotin tapi Nadhien melarang dengan alasan kurang baik duduk di luar sementara hari hampir magrib.

Semangkuk mie instan lengkap dengan telur dan potongan lombok rawit ditemani teh panas setelah shalat magrib menambah lagi rasa damai dalam hati Raya. Suara musik dan lagu terbaru terdengar dari balik masing-masing kamar teman satu kontrakan Nadhien sejak kehadiran Raya sampai detik ini masih terdengar non-stop tak peduli panggilan dari atap masjid dan mushola sekitar kontrakan mereka. Hanya kamar Nadhien yang terasa tentram yang kini dinikmati Raya. Ini waktu yang tepat bagi Raya untuk mengetahui karakter Nadhien yang belum terungkap. Kumpulan foto yang tersusun rapi dan manis dalam album dijadikan media bagi Nadhien untuk menjawab pertanyaan-pertanyan Raya. Pose-pose dalam foto lebih banyak dihiasi dengan background pesawat helikopter, `maklum Ayahku cuma supir tapi supir helikopter` Nadhien merendah dengan senyum manisnya.

Masa liburan saat Nadhien remaja banyak dihabiskan dengan tur ke berbagai kota di luar dan dalam negeri, Nadhien menceritakan segala keceriaan cerita dibalik lembar-lembar foto itu sementara Raya menjadi pendengar yang baik dan mencoba membayangkan berada ditempat yang sama seperti dikunjungi Nadhien. Jangankan liburan ke luar negeri, bagi Raya, Nusantara Indonesia saja belum terekplorasi secara keseluruhan Bagian barat terjauh dari wilayah Indonesia yang pernah dia singgahi saja hanya Jambi sementara daerah timur terjauh adalah Malang, itu pun dalam rangka urusan keluarga dan menjadi delegasi kampus dalam pertemuan nasional mahasiswa bukan untuk liburan.

”Kok, Mas Raya mirip Bayu sih kalau aku lagi bercerita, mirip banget! Cuma diam sambil meneteskan air liur, hihiiihii.” Nadhien berhasil menggoda Raya yang duduk tersihir mendengar cerita itu lalu sibuk mengusap bagian bibirnya yang tentu saja air liur itu tidak keluar dari mulutnya. Nadhien menikmati momen kemenangan karena berhasil membuat Raya terkecoh sementara Raya menikmati deretan gigi putih dari rekahan bibir tipis itu. Sekarang keduanya hanya terdiam saling menatap dalam-dalam, memandangi bola mata lawannya satu sama lain yang berkedip dan berbinar sementara senyum mereka tertahan beberapa detik hampir satu menit, kemudian tawa terlepas bebas meredam emosi masing-masing didalam dada mereka. Adzan Isya bergema.

Nadhien dan Raya kembali kegedung Instalasi Kedokteran Forensik, kali ini mereka datang lebih cepat dari Dokter Widjaja. Raya tidak pernah menyangka bisa terlibat begitu jauh dengan kasus ini, kesadaran akan hal ini muncul ketika dia merasakan suasana yang hening di ruang tunggu.

***

1 komentar:

apa yang ada dikepalamu? apa yang menyumbat tenggorokanmu? apa yg membekukan jari-jarimu?... LONTARKAN!!