Jumat, November 20, 2009

Sepotong Sesuatu ... potongan ke


Istirahat Makan Siang. Lokasi; Hutan Kecil Bundaran Bulak Sumur

Nadhien sedikit bangga menunjukkan pada Raya satu titik dimana dia mendapatkan ketenangan setelah menghadapi kepenatan beban akademisnya. Hutan kecil ditengah kota, berada tidak jauh dari bundaran Bulak Sumur yang merupakan pusat aktivitas demokrasi ala mahasiswa kampus terbesar di jogjakarta ini. Dibawah kanopi pohon cemara, diatas hamparan tikar, beberapa kumpulan burung gereja turun menyusup kedalam rumput hijau yang cukup tebal mencari bebijian, sepasang diantaranya terbang kembali membawa ranting kecil yang kering, mungkin untuk dijadikan sarang sebagai tempat berlindung buah cinta mereka kelak. Seekor tupai kecil mengejar seekor tupai lainnya dari batang pohon cemara yang berlumut, meloncat berpindah dari dahan menuju ranting dan menghilang. Sepasang kupu-kupu berwarna ungu metalik, -ah, sepasang lagi, melayang anggun terbawa angin tengah hari. Dua mahluk ciptaan Tuhan lainnya hanya tersenyum menikmati aktivitas alamiah ini, dua gelas lemon tea pesanan mereka terkalahkan nikmatnya dengan sajian Maha Pencipta hari ini.

Raya akhirnya membuka diri akibat pertanyaan-pertanyaan Nadhien seputar kehidupan pribadinya tapi handphonenya bergetar, dia tahu yang menelponnya adalah Erlang karena sejak kemarin dia telah mengganti kartu telponnya untuk menghindar dari kawan-kawannya, jadi hanya Erlang beserta timnya, Nadhien dan Dokter Widjaja yang mengetahui nomor barunya. Raya minta ijin menjawab telepon sebentar, mengambil posisi menjauh dari Nadhien agar statusnya tidak terbongkar.
”Baik Mas, dari ruang bedah mayat masih dalam pemeriksaan lanjut saya belum dapat melaporkan karena saya juga belum memahami detail temuan dokter. Pemeriksaan ditunda karena tadi ada insiden kecil di ruang bedah” Raya memberikan laporan dengan suara agak berbisik meski jaraknya cukup jauh dari Nadhien, menunggu suara dari orang yang menelponnya tadi.

”Salah seorang mahasiswa observer mengalami kecelakaan karena menghirup uap sianida dari sample isi perut korban yang tadi dibedah oleh dokter tapi mahasiswa itu sudah dalam perawatan,” Raya menceritakan pada Erlang tentang insiden di ruang bedah tadi. ”Oke Mas, Saya pasti akan berhati-hati. Betul Mas, pemeriksaan akan dilanjutkan setelah makan siang. Ya, pasti Saya akan melaporkan semua perkembangan. Terimakasih juga Mas.” perhatian Erlang membuat Raya menjadi merasa sepenuhnya menjadi tim bawahan Erlang. Pembicaraan via handphone telah selesai kemudian menuju Nadhien yang duduk menikmati es lemon tea kesukaannya.

Meminta maaf atas gangguan telepon tadi, Raya mengaku ditelepon oleh Dosen Pembimbing Skripsinya yang memberitahukan agar mengirim skripsinya via email saja, Nadhien percaya sepenuhnya, Raya pun melanjutkan ceritanya. Terbiasa dengan lingkungan yang assertif, Raya menjawab keingintahuan Nadhien itu tanpa terbebani. Raya justru memulai ceritanya mengapa dia tertarik ikut bergabung dengan LSMnya yang menjadikan pintar tidak hanya dari kampus saja.
”Tuhan telah menyebarkan nikmat ilmu disetiap jengkal ciptaanNya yang Maha Dahsyat ini. Kamu tau gak Non, the great university is not this university but this universe is the great university.” Tangannya mengarah pada bangunan kampus sebelah utara tempat mereka duduk kemudian merentangkan tangannya lebar-lebar, Nadhien tersenyum tanda sepakat, tak ada kesan tersinggung atas ego almamaternya.

”Jadi Mas Raya merasa sangat beruntung bisa masuk LSM itu?” mata bening Nadhien berkilauan tanpa lensa kacamatanya.
”Beruntung mendapatkan ilmunya dan lebih beruntung lagi mendapatkan jawaban dari pertanyaan masa kecilku yang tak pernah terjawab dan lebih beruntung dua kali lipat dari itu aku bisa mengimplementasikan ilmu itu” Raya betul-betul menikmati hari ini dan bening mata Nadhien setelah beberapa kali pandangan mereka bertemu pada titik yang sama.
”Apa maksud keberuntungan berlipat ganda itu? Apa hubungannya antara LSM dengan pertanyaan masa kecil dulu?” telapak tangan Nadhien menopang dagunya yang manis dari garis rahang lembut membentuk wajah oval itu.

”Aku mendapatkan setumpuk ilmu yang bisa menjawab pertanyaan masa laluku yang bisa dibilang menyedihkan dalam kehidupanku,” karakter Nadhien meyakinkan Raya untuk tidak ragu menceritakan masa lalunya, ”Seharusnya aku mempunyai kakak dan adik kandung yang sebentuk dan sebangun, maksudku kembar identik. Seharusnya aku mempunyai tujuh saudara kandung, kakakku yang pertama perempuan mereka berdua kembar, kemudian kakak laki-laki, disusul aku setelah itu adik perempuanku, lalu kemudian adik laki-laki yang juga kembar.”

”Sebentar Mas, kok seharusnya sih?” mendengar cerita itu Nadhien merubah posisinya dan mendekat. Raya hanya tersenyum.
”Kakak pertamaku sudah meninggal begitu juga adik terakhirku. Mereka semua kembar identik,” Raya memerlukan es lemon tea untuk menahan dadanya yang tiba-tiba bergetar.
”Maaf Mas, duh aku jadi enak nih membuat Mas jadi teringat kepada mereka. Maaf gak ada maksud untuk itu. Aku turut berduka cita, pasti Mas Raya merasa sangat kehilangan” empati Nadhien terpancar tulus.
”Ah, gak masalah kok. Lagi pula aku belum lahir sewaktu kakak pertamaku meninggal dan ketika adikku meninggal dunia waktu itu aku masih kecil. Mereka semua meninggal tidak lama setelah lahir kedunia ini. Aku baru paham setelah Ibu menceritakan kembali ketika aku berusia sekitar lima belas tahun tapi aku belum mengetahui jawaban mengapa mereka meninggal dunia sampai aku masuk LSM.” ekspresi wajahnya dibuat wajar agar Nadhien tidak merasa bersalah.

”Aku merasa beruntung karena Tuhan memberikanku jalan atas pertanyaanku melalui LSM yang bergerak dibidang advokasi kesehatan reproduksi, disanalah perpustakaan ilmu yang menjawab pertanyaan masa kecilku. Aku kemudian mengetahui bagaimana proses awal kehidupan manusia sebagai mahluk biologis paling sempurna, dari setitik sel sperma yang bertemu dengan sel telur yang berkembang menjadi begitu beragamnya manusia dengan bawaan genetika yang unik luar biasa manusia seperti halnya kembar identik dan segala resiko yang dihadapi Ibu dan anak selama masa perkembangan janin hingga proses melahirkan. Berkat ilmu ini aku juga bisa sharing informasi penting kepada teman-teman remaja dampingan kami juga kepada pasangan suami-istri ketika kami diundang menjadi pembicaraan dilingkungan Ibu-ibu PKK, lewat radio, koran dan berbagai kesempatan berharga lainnya dengan harapan untuk mencegah tingginya angka kematian ibu hamil dan anaknya” Nadhien kembali menemukan kekaguman atas karakter Raya, kekaguman yang lebih besar lagi ketika diskusinya seputar Kartini.

”Satu lagi Non, aku menjadi orang paling beruntung didunia ini ketika aku dapat mendampingi anak jalanan. Aku tidak bisa membayangkan jika kedua malaikat kecilku berada di jalanan tanpa ada perlindungan dari orang tua dan kakaknya, itu sebabnya aku turun ke jalan,” Raya merasa lega telah menceritakan semua ini kepada Nadhien
”Wah luar biasa banget pengalaman Mas Raya sepanjang itu. Kepedihan atas rasa kehilangan justru dibayar oleh Mas Raya dengan tindakan kongkrit yang mulia.” Nadhien tidak dapat menutupi kekaguman yang muncul setelah mendengar cerita itu.
”Eh, aku gak ada maksud untuk menyombongkan diri loh lewat ceritaku ini tapi aku harap aku bisa memprovokasi kamu untuk dapat memanfaatkan ilmu berhargamu demi kepentingan umat manusia apalagi kamu mempelajari ilmu kedokteran, mudah-mudahan aja kamu nantinya gak jadi dokter yang cuma cari uang dari hasil suntikan placebo aja” Raya menggoda Nadhien yang langsung bereaksi mencubit pada sasaran perut.

Keakraban mereka terganggu oleh nada dering handphone. Nadhien sibuk mencari asal suara yang berada di dalam tasnya, `Oom Wid calling` layar handphonenya berkedip-kedip, getar dan suara nada dering terhenti ketika Nadhien menekan tombol kemudian menjawab telpon itu. Mereka harus kembali menuju ruang bedah mayat. Kali ini mereka menghadapinya dengan optimis seolah insiden menegangkan sewaktu di ruang bedah tadi tidak pernah terjadi. Raya memberanikan diri untuk memegang tangan Nadhien, berjalan bergandengan menuju parkir motor, tidak ada reaksi penolakan oleh Nadhien. Siang yang ceria terutama dalam hati Raya.

***

1 komentar:

apa yang ada dikepalamu? apa yang menyumbat tenggorokanmu? apa yg membekukan jari-jarimu?... LONTARKAN!!